Sabtu, 10 Mei 2014

IBU, INSPIRASI HIDUPKU, SUMBER KEKUATANKU


Setiap kau menangis ibu
Aku juga menangis
Setiap luka yang kau alami
Aku juga ikut terluka
Beban yang kau tanggung
Aku tahu seberapa besar itu
Namun kau mampu bertahan
Kau sangat kuat, bijaksana dan pengampun
Beberapa kali kau disakiti
Kau berikan maaf
Yang bahkan aku pun tak sanggup memberinya
Setiap malam kau lepaskan semua bebanmu
Aku hanya mampu mendengar
Menahan tangisku, berusaha ku tegar di hadapanmu
Ketika ku sendiri, ketika tak ada yang tahu
Aku mulai menangis
Dan hanya mampu mengadu pada Tuhan
Aku memang tak sekuat ibu
Aku memang tak sepemaaf ibu
Tapi dari ibu aku belajar
Agar kelak di kehidupanku mendatang
Aku bisa sepertimu ibu

Ibu, kau inspirasi hidupku, sumber kekuatanku

Kamis, 27 Maret 2014

I wrote this essay to join Goipeace essay competition last year,unfortunately I didn't success but I still want to share it to you :)

SPEECH LEVEL OF SPEAKING IN DETERMINING OUR RESPECT TO OTHERS

     I am an Indonesian and was born in Daerah Istimewa Yogyakarta Province (we always say it as Yogyakarta),  21 years ago. I live in a town that still keep its original culture. As you know, Indonesia is a country that has many kinds of cultures because there are  many ethnic groups in Indonesia and each of them has its own culture.  My ethnic group is Javanesse (because I live in Java Island).

      One of the culture of my hometown I’m very proud of is the level of language that in Java called Unggah-Ungguh Basa Jawa (Javanese speech level).  In Java, especially in Yogyakarta generally there are 2 levels of language in speaking with others. The first level called Basa Krama (Krama Speech), it is a speech for making a conversation with others who older than us, such as our parents, our grandmother/grandfather, our teacher, etc. It can be divided into two, basa krama alus (the highest speech level in Java) and basa krama lugu (The second highest speech in Java). The second level of speech in Java called Basa Ngoko (Ngoko Speech). It is a language/speech for making a conversation with our  friends or person who younger than us. It also can be divided into two, those are Ngoko Alus ( A non formal speech but not the lower level) and Ngoko Lugu ( A non formal speech and the lowest level of speech in Java).

    Usually people from other region (out of Java) don’t have a level of speech, they only have one language/speech to others, wether it is for older people or for younger people. Maybe it doesn’t give any problem to them because it is the way they talk in their daily life. But if they live in Java it can be a big problem, for example if young people talking with older people using Ngoko Speech (the lowest level of speech in Java), the older people may become angry with them because it means that the young people don’t respect him. Yeah, maybe other people (especially out of Java) think that our way of speak is too complicated but I’m very proud of it.

     Why can this culture make a better future for us? Because this kind of culture give us a lesson that our way of speech is determining our respect to others. One of the way to communicate with others is through the language/way of speech. The good way in talking to others show them that we want to make a good relation with them. Everyone want to be appreciated or at least to be well treated by others. Remember that we have to be careful in talking to others, because usually if we don’t keep our words carefully, sometimes it can hurts the other’s feeling without our knowing. So our way in speaking especially in the community has to be limited with some criterion as we usually call it a tradition. The community with strong character will only be realized if the individuals in the community has a good  tradition, good tempered and well behaviour. In this context the Java Language is one of a tool to bulid a good character and moral education for people especially the young people. Java language will be one of the rides in growing our national identity and character. Javanese speech level is an example of culture to show our respect to others in order to build a good relation between people in all place of the world and create a better future for all.

Selasa, 25 Maret 2014

About Multiculturalism in The World (Just in my Opinion)



There are various types of cultures in the world with many different human races. Every country absolutely has its own culture that different one another. That different types of culture often cause a misunderstanding when people from one country meet people from other country. As we know today, in this world there are some conflicts between two country or more that happen because of some differences in their culture, ethnic, or religion. So as a young generation who cares about the future, I have a desire to make a peaceful world. There’s no war and there’s no conflic among all of the country in this world. The reason why I have the vision to reconcile the world is because I also have the same problem in my country. I live in Indonesia, a country that has many different cultures, ethnic groups and religions. Sometimes there are conflicts between people with different culture, ethnic or religion. Although we live in the same country, but the difference of culture/ethnic/religion often causes the conflict. To be honest, I very don’t like conflict . I strongly support the motto of my country that say “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua” (in english : although we are different but we are all still one). So what we can do as a young generation is to learn about multiculturalism in the world, so that we understand their thought about what people think is right or what people think is wrong. After that I think young generation can respect the culture of another country, and in the end we can prevent the conflicts that are usually caused by the difference culture, ethnic or religion. I hope it is not only a dream but it will come true.
Ini essay yang kutulis untuk mengikuti kompetisi "Menjadi Indonesia" 2013, nggak lolos sih tapi tetep semangat menulis :)

PERKOKOH BENTENG BHINNEKA TUNGGAL IKA DENGAN MEMBANGUN KEMBALI KARAKTER PANCASILA



Ringkasan
Indonesia merupakan negara yang memiliki segudang perbedaan maupun keberagaman mulai dari keberagaman suku, budaya, agama, maupun ras. Akhir-akhir ini, masalah perbedaan atau pluralitas menjadi isu utama yang perlu diselesaikan. Konflik yang dilandasi perbedaan muncul dimana-mana dan terjadi secara berlarut-larut. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dengan semboyan khas yaitu Bhinneka Tunggal Ika, konflik-konflik yang ada tak pantas dibiarkan. Oleh karena itu, kita perlu mengeluarkan senjata utama kita sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yaitu Pancasila. Salah satu cara untuk memupuk jiwa nasionalisme adalah dengan menumbuhkan kembali jiwa dan karakter Pancasila di seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.


ISI
Indonesia ialah sebuah negeri dengan sejuta keberagaman, baik keberagaman suku, budaya, agama, maupun ras. Semua dipadu dengan balutan keindahan alam yang luar biasa terbentang dari Sabang sampai Merauke. Bahkan kekayaan alam yang sangat besar terkandung dan tersimpan erat di perut bumi negeri ini, mulai dari kekayaan laut sampai kekayaan bahan tambang layaknya emas, timah, dan gas alam. Lalu apa yang kurang dari negeri ini sehingga kemakmuran tidak jua datang menghampiri? Sementara logika berkata, dengan berjuta kekayaan yang dimiliki seharusnya Indonesia mampu menjadi macan yang menguasai dunia. Dibalik semua kelimpahan yang ada tersebut, hanya ada satu hal yang selama ini menjadi kerikil sandungan bangsa ini untuk maju yaitu krisis nasionalisme.
Konflik antar agama, antar suku maupun antar golongan sudah merupakan bumbu sehari-hari yang tak terelakkan di negeri kita tercinta Indonesia. Masih segar ingatan kita mengenai konflik antar suku yang terjadi di Sampit, di Lampung Selatan atau juga di Maluku. Ada pula konflik yang bersangkutan dengan agama seperti yang pernah terjadi di Ambon dan di Poso, dan lain sebagainya. Memang benar bahwa Indonesia adalah negara dengan sejuta keberagaman. Namun keberagaman tersebut seringkali bukan dijadikan sebagai kekuatan akan tetapi malahan digunakan sebagai pemicu adanya konflik antar berbagai golongan. Mungkinkah rasa persatuan di negeri kita sudah tergerus oleh jaman? Dimana semangat Bhinneka Tunggal Ika yang dahulu menjadi semboyan pemersatu Bangsa?


Memaknai Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Kita semua tahu bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali dilontarkan pada masa kerajaan Majapahit di abad ke 14. Semboyan tersebut dikenalkan pertama kali oleh Mpu Tantular dalam kitab karangannya yang sering disebut Kakawin Sutasoma. Bhinneka Tunggal Ika merupakan kalimat yang berasal dari bahasa jawa kuno, dan secara umum kalimat itu memiliki arti “ Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Ya, semboyan tersebut memang khusus dirancang bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku dan budaya. Lihat saja belasan ribu pulau kita yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang dihuni oleh lebih dari 200 juta jiwa yang terdiri dari 300 macam etnis, serta adat istiadat, budaya dan keyakinan yang berbeda-beda. Melalui semboyan itu, kita bangsa Indonesia diajak memahami, mendalami dan meresapi secara lebih jauh bahwa negara Indonesia ini memang bukan negara yang homogen melainkan negara heterogen. Oleh karena itu kita semua sebagai bangsa Indonesia harus memiliki jiwa nasionlisme yang tinggi untuk dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Pancasila Sebagai Landasan Sah Pluralitas Bangsa Indonesia
Dalam upacara bendera di sekolah-sekolan pasti kita akan mengucapkan dengan tegas kalimat-kalimat berikut:
“Pancasila...”
“Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa.” ,“Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.”, “Tiga, Persatuan Indonesia.” “Empat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.” “Lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”
Tak ada yang menyangkal bahwa kelima sila Pancasila tersebut harus kita hafalkan sejak kita mulai masuk sekolah dasar. Sila-sila dalam Pancasila merupakan untaian kalimat-kalimat yang padu, terintegrasi dan menyeluruh yang dikonstruksi untuk tujuan mempersatukan keberagaman bangsa Indonesia. Perlu diingat bahwa rangkaian sila-sila dalam Pancasila yang sering kita lafalkan tersebut telah disusun dan difikirkan secara matang oleh para pendiri bangsa Indonesia. Untaian kalimat-kalimat tersebut telah melewati sebuah perjalanan yang panjang, bahkan para pendiri bangsa ini harus melewati sebuah perdebatan panjang yang cukup sengit sebelum resmi dijadikan landasan falsafah NKRI. Namun akhirnya di tengah segala macam persoalan yang terjadi, muncullah sebuah “jalan tengah” yang mampu menjembatani dan mewakili seluruh kepentingan penduduk Indonesia. Jalan tengah tersebut adalah kelima sila Pancasila yang telah resmi ditetapkan sebagai landasan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan selama ini kita mengenal Pancasila juga menjadi sumber dari segala sumber hukum, yang artinya semua hukum yang ada di Indonesia harus bersumber dari Pancasila.
Mengapa Pancasila sangat penting kaitannya dengan pluralitas bangsa Indonesia? Sudah tentu karena sila-sila yang terkandung di dalamnya merupakan wujud dari persatuan bangsa atas keberagaman yang ada. Mulai dari sila pertama yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara beragama, kemudian sila kedua yang menunjukkan bahwa Indonesia sangat menjunjung nilai-nilai kemanusian dan menjunjung hak serta kewajiban setiap manusia tanpa adanya diskriminasi. Selanjutnya sila ketiga yang menunjukkan persatuan di tengah segala perbedaan dan keberagaman yang ada, sila keempat yang menunjukkan bahwa dalam menentukan keputusan kita semua mengedepankan musyawarah, dan terakhir sila kelima yang mengutamakan suatu keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dari uraian tersebut dapat kita lihat bahwa Pancasila memang benar-benar merupakan sebuah senjata yang sangat tepat diluncurkan demi menjaga teguh persatuan dan kesatuan bangsa dalam menjembatani segala jenis keberagaman yang tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Akar Masalah Berkurangnya Rasa Persatuan dan Kesatuan di Tanah Ibu Pertiwi
Sebenarnya apakah penyebab terjadinya berbagai konflik antar etnis, antar agama ataupun antar kelompok/organisasi masyarakat di Indonesia? Bila kita analisis secara lebih mendalam maka jawaban yang akan kita temukan adalah mulai rusaknya jiwa/karakter nasionalisme penduduk Indonesia. Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah : Bagaimana hal tersebut dapat  terjadi? Cobalah lihat di sekelilingmu! Ya, tak dapat dipungkiri bahwa di sana-sini selalu saja timbul keributan. Orang-orang di sekeliling kita terkesan sangat mudah emosi, sedikit merasa tertindas maka mereka akan mulai menyerang. Hal ini dimulai dari adanya rasa perbedaan yang muncul karena mereka merasa berbeda latar belakang, contoh kecilnya adalah tawuran antar sekolah. Siswa di sekolah A misalnya merasa berbeda dari siswa di sekolah B, dan ditambah lagi secara turun-temurun kakak kelas di sekolah A selalu mengajarkan bahwa siswa di sekolah B adalah musuhnya, begitu pula sebaliknya. Jadi dapat dikatakan bahwa karakter mereka dari awal dibentuk untuk memusuhi siswa dari sekolah lain yang dirasa sebagai musuhnya. Dari situ maka pikiran dan perasaan mereka akan berubah menjadi lebih sensitif. Semisal salah seorang siswa di sekolah A sedikit menyinggung perasaan siswa di sekolah B, maka keributan kecil akan muncul dan ujung-ujungnya mereka akan terlibat tawuran.
Permasalahan di atas hanya sebagian kecil contoh yang sering terjadi di masyarakat yang mungkin bisa terjadi antar kelompok, etnis maupun kepercayaan atau agama tertentu. Dalam kondisi tersebut mereka selalu merasa terancam atas keberadaan satu sama lain, sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman dan sangat sensitif meski hanya oleh perkataan atau hanya sekedar guyonan belaka. Hal tersebut dapat terjadi karena pemikiran kita sejak awal sudah diajar untuk menjadi lawan, bukan sebagai kawan satu sama lain. Secara tidak sadar sebagian besar dari kita juga pasti mengalami hal tersebut, kita sering menghadapi situasi dimana orang tua kita mengajarkan suatu hal mengenai budaya atau keyakinan kita yang kita anggap benar lalu budaya atau keyakinan lain kita anggap salah dan orang dengan latar belakang budaya atau keyakinan yang berbeda tersebut kita anggap sebagai musuh kita.
Sebagai Bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila, tentu hal tersebut tidak boleh kita biarkan begitu saja. Jiwa dan rasa nasionalisme kita tidak boleh luntur hanya oleh karena kebiasaan dan budaya yang telah turun-temurun. Sebaliknya rasa nasionalisme perlu kita pupuk sedari dini, dan semangat pancasila harus kita tanamkan pada seluruh jiwa-jiwa yang ada di seluruh lapisan masyarakat di atas bumi Indonesia tanpa terkecuali.

Menanamkan Pendidikan Pancasila di Seluruh Lapisan Masyarakat
Pendidikan Pancasila akhir-akhir ini sudah mulai dilupakan. Dahulu, pendidikan di SD, SMP maupun SMA masih mengajarkan mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang sekarang telah berganti menjadi hanya PKn (Pendididikan Kewarganegaraan). Pertanyaannya: Mengapa pelajaran Pendidikan Pancasila harus dihapuskan? Padahal dengan Pancasila itu anak-anak akan menjadi paham mengenai dasar-dasar falsafah negara Indonesia yang memang bersatu dari berbagai suku, agama, ras maupun golongan. Dengan dihapuskannya Pendidikan Paancasila, maka dari mana anak-anak memahami arti pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa di Indonesia? Apakah mereka hanya disuruh menghafalkan sila-sila Pancasila tanpa tahu arti mendalam mengenai sila-sila tersebut dan hanya mereka ucapkan pada saat upacara bendera setiap seminggu sekali? Apakah itu cukup? Jawabannya tentu tidak.
Cara terbaik untuk mengembalikan pembentukan moral bangsa adalah dengan kembali mengajarkan Pendidikan Pancasila pada siswa-siswa sekolah. Bahkan bila perlu pendidikan Pancasila berjalan sendiri-sendiri dan berbeda dengan pendidikan Kewarganegaraan. Jadi sudah seharusnya sekolah-sekolah tidak hanya mementingkan pelajaran-pelajaran tentang ilmu pasti seperti matematika, ilmu pengetahuan alam serta ilmu pengetahuan sosial. Sebaliknya Pendidikan Pancasila harus terus dimasukkan dalam mata pelajaran sehingga karakter Pancasila anak terbentuk sedari dini.
Lalu bagaimana dengan orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu yang sering memicu terjadinya konflik? Sebenarnya sumber dari segala sumber konflik terletak pada seseorang atau sekelompok orang yang mudah terbakar hanya oleh perkataan, perbuatan maupun tingkah laku dari kelompok lain. Orang-orang atau kelompok semacam ini seringkali memiliki kondisi emosional yang tidak stabil, sedikit disenggol mengenai kelompoknya maka nyawa taruhannya. Lalu apa pelajaran yang pantas bagi kelompok-kelompok pemicu konflik ini? Tentu saja kelompok-kelompok tersebut tak dapat dengan mudah dijamah karena jiwa nasionalisme mereka sudah luntur atau bahkan tak pernah sama saekali memiliki jiwa nasionalisme. Untuk orang-orang semacam ini  satu-satunya cara yang mungkin ditempuh adalah dengan memasukkan mereka ke dalan bui. Dan disinilah mereka perlu belajar sedikit demi sedikit mengenai bagaiman cara menghargai perbedaan dan juga arti pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di NKRI.
Kemudian bagaimana pula dengan mahasiswa yang notabene sudah tidak diajar pendidikan Pancasila lagi? Serta masyarakat pada umumnya yang barang tentu jarang dijamah pelajaran Pancasila? Tentu tak mudah memberikan mereka pelajaran mengenai Pancasila di tengah gemelut dunia modern yang memabukkan seperti sekarang ini. Namun, negara seharusnya tak hilang akal. Sekarang ini media informasi dan komunikasi sudah berkembang sangat pesat. Jejaring sosial seperti facebook dan twitter dapat dimanfaatkan untuk mendekati pemuda-pemudi. Sedangkan untuk masyarakat pada umumnya media televisi sangat dimungkinkan menjadi perantara yang paling relevan untuk menyampaikan semangat Pancasila dan persatuan negara. Perlu diperhatikan bahwa di negara Pancasila ini butuh adanya sosok tokoh-tokoh nasionalis yang bergerak netral, tidak memihak kelompok, golongan, suku maupun agama tertentu. Sehingga dalam media-media sosial, bukan hanya tokoh-tokoh agama yang berdakwah melainkan perlu pula adanya tokoh nasionalis yang selalu mengobarkan dakwah Pancasila. Sehingga semua lapisan masyarakat sadar bahwa kita semua berdiri di tanah yang sama, di bawah langit yang sama, dan terpenting kita mengakui dan percaya serta menyembah Tuhan Yang Maha Esa seperti yang tercantum dalam sila pertama Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Makalah Konflik di Indonesia. ( diakses pada hari Jumat, 9 Agustus 2013pukul 13.03 dari http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.com/2013/06/makalah-konflik-di-indonesia.html 

Mahfud,M. Pancasila sebagai Tonggak Konvergensi Pluralitas Bangsa.Makalah yang
disampaikan oleh Mahkamah Konstitusi tahun 2011 di Kampus UGM, Yogyakarta.
Sumasni, Nunik., dan Sutjaksono, Tangguh.. 2013. Bhinneka tunggal Ika (diakses pada hari

Jumat, 9 Agustus 2013 pukul 12.02 dari http://dianrana-katulistiwa.com/bti.pdf )